Translate

Rabu, 04 April 2018

Production and Quality Pennisetum purpureum at Shading Condition and Nitrogen Fertilizer Dosage

Production and Quality Pennisetum purpureum at Shading Condition and Nitrogen Fertilizer Dosage

Windu Mangiring, Nurleni Kurniawati, Priyadi 

Abstract


This experiment aims to determine 1) The effect of  shading and nitrogen fertilizer to production   of Pennisetum purpureum ; and 2) The effect of  shading and nitrogen fertilizer  to quality of Pennisetum purpureum,experiment performed in January until May 2016at fieldSTIPER Dharma Wacana Metro.The experiment was investigated in random block design with three replication. The first factor is consisted of two treatment of shading level, i.e (0%) without shading  and (50%)  paranet shade. The second factor consisted of three treatment of nitrogen fertilizer dosage, i.e 50 kgha-1 nitrogen fertilizer, 100 kgha-1nitrogen fertillizer and 200 kgha-1 nitrogen fertilizer. The results showed that effect paranet shade 50% in fact evidently  decrease the production of Pennisetum purpureum 60 %. Quality of Pennisetum purpuremlike  nitrate content, crude protein content  and crude fiber contenton 50%paranet shade 0,2%-0,11%;7,8%-10,8%; and 29,13%-30,00%. In shade condition, a dose of 50 kgha-1not significant production of elephant grass forage, elephant grass forage production response to increasing doses of N (50-200 kgha-1)is more significant than whitout shade.

Key words : Pennisetum purpureum,elephant grass, paranet shade, nitrogen

Full Text: PDF (Bahasa Indonesia)

CHARACTERISTICS OF HEAVY METALS ADSORPTION CU, PB AND CD USING SYNTHETICS ZEOLITE ZSM-5

Characteristics of Heavy Metals Adsorption Cu, Pb and Cd Using Synthetics Zeolite Zsm-5



 Priyadi, Iskandar, Suwardi, Rino Rakhmata Mukti


ABSTRACT


It is generally known that zeolite has potential for heavy metal adsorption. The  objectives of this study were to synthesize and characterize zeolite ZSM-5 and to figure out the adsorption capacity of zeolite ZSM-5 for heavy metals of Cu2+, Pb2+ and Cd2+. Characterization of zeolite ZSM-5 included some variables i.e. crystal structure (XRD), morphology (SEM), specific surface area and total pore volume (N2 physisorption). Adsorption capacity of zeolite ZSM-5 was analysed using a batch system with heavy metals of Cu2+, Pb2+ and Cd2+ in various concentrations (50, 100, 150, 200 and 250 ppm) with contact times 30, 60, 90, 120 and 250 minutes. Adsorption data was calculated by Langmuir and Freundlich isotherm. The results showed that the maximum adsorption capacity of zeolite ZSM-5 against heavy metals of Pb2+, Cu2+, and Cd2+, were 74.07, 69.93 and 60.24 mg g-1, respectively. These indicated that synthetic zeolite ZSM-5 had potential to adsorb heavy metals. The results also suggested that the adsorption capacity was affected by the pore size of zeolite, negative charge of zeolite, diameter of hydrated and electronegative ion.

KEYWORDS:

Frendlich and Langmuir; isotherm equations; metal adsorption; zeolite


FULL TEXT:  PDF



DOI: http://dx.doi.org/10.5400/jts.2015.v20i2.77-83

Buku Penilaian Instrument Akreditasi

VIDEO TUGAS MEKANISASI STIPER

Kumpulan Video Tugas dan Kunjungan Lapang Mekanisasi Pertanian 














Materi Kuliah Bahasa Inggris

Materi Kuliah Mekanisasi Pertanian

Senin, 02 April 2018

PKM Metro Selatan STIPER Dharma Wacana Metro

PEMBUATAN PAKAN TERNAK ALTERNATIF DARI BATANG PISANG


Oleh:

Priyadi

Dosen STIPER Dharma Wacana Metro



1. Pendahuluan
Pisang (Musa paradisiaca. L.) adalah salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk dunia. Rasanya enak, kandungan gizinya yang tinggi, mudah didapat dan harganya yang relatif murah (Satuhu, dkk., 2000). Bagian pisang yang dimanfaatkan antara lain buah, daun dan bonggolnya. Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah kulit pisang) yang cukup banyak jumlahnya. Pada umumnya batang pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi dan kerbau. Kurangnya pemanfaatan limbah batang pisang menjadikannya memiliki nilai jual yang cukup rendah. Jumlah batang pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan lebih lanjut.

Jumlah produksi batang pisang yang merupakan limbah terbesar setelah pisang di panen merupakan salah satu potensi yang dimiliki setiap petani pisang untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Melisa (2010) menyatakan bahwa saat ini batang pisang juga bisa digunakan untuk pakan ternak karena mengandung zat makanan yang terkandung di dalam batang pisang dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gizi pada ternak ruminansia, sehingga dapat menopang kebutuhan ternak ruminansia. Pada akhirnya batang pisang tidak lagi menjadi limbah yang terbuang begitu saja setelah dipanen namun dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak.


Batang pisang yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah batang pisang bagian bawah (bonggol), tengah dan bagian atas termasuk daunnya. Mengolah batang pisang menjadi pakan ternak telah banyak dimanfaatkan oleh para peternak sebagai bahan tambahan nutrisi pada pakan dengan mencampurkannya dengan bahan yang lain seperti dedak atau ampas tahu. Proses pengolahan batang pisang pada peternak umumnya masih banyak dilakukan dengan cara mencacah dengan menggunakan parang. Hal ini tentu membutuhkan waktu yang lama dan bentuk yang tidak seragam jika diproduksi dalam jumlah yang banyak. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk merurunkan limbah dari batang pisang dan meningkatkan nilai tambah terhadap petani sebagai sumber pakan ternak.


2. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan pengabdian masyarakat ini antara lain:
1. Membangun persepsi masyarakat untuk mampu memanfaatkan limbah khususnya batang pisang
2. Membuat pakan alternatif dari batang pisang


3. Tanaman Pisang
Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Pisang umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000 m dpl. Pisang dapat tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan panas dengan curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan dua bulan kering (Rismunandar, 1990).

Taksonomi tanaman pisang adalah sebagai berikut :
Kingdom     : Plantae
Devisi          : Spermatophyta
Sub. divisi   : Angiospermae
Kelas           : Monocotylae
Bangsa         : Musales
Suku            : Musaceae
Marga          : Musa
Jenis            : Musa paradisiaca.

Tanaman pisang yang utuh memiliki bagian-bagian yang penting diantaranya daun, batang, buah, jantung, dan bagian umbi atau bonggol pisang. Bagian-bagian tersebut memiliki berbagai macam manfaat misalnya, buah pisang sebagai sumber berbagai macam mineral dan vitamin yang bermanfaat. Pelepah batang pisang juga memiliki manfaat yakni dijadikan serat untuk bahan baku kertas uang, kertas chaque dan berbagai kertas yang termasuk sequrity papers lainnya, kertas sigaret, kantong teh celup, dan lain-lain. Di Indonesia perusahaan yang memanfaatkan serat batang pisang sebagai bahan baku pembuatan kertas adalah PT Kertas Leces, Jawa Tengah. Perseroan tersebut menggarap sekitar 5.000 Ha lahan tanaman pisang jenis Abaka di kawasan pegunungan Gampong Suak Buluh (Kabupaten Simeulue, Aceh) dan 11.000 Ha di Kabupaten Nias Utara.
Dari keseluruhan bagian pisang, ada bagian yang jarang dimanfaatkan oleh masyarakat, yaitu umbi bonggol pisang. Bonggol pisang bila dibiarkan begitu saja akan menjadi limbah pertanian yang tidak bermanfaat. Bonggol pisang dapat dimanfaatkan untuk diambil patinya. Patinya ini menyerupai pati tepung sagu dan tepung tapioka. Bonggol pisang memiliki komposisi yang terdiri dari 76% pati, 20% air. (Yuanita dkk, 2008). Potensi kandungan pati bonggol pisang yang besar dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar yaitu, bioetanol. Bahan berpati yang digunakan sebagai bahan baku bioetanol disarankan memiliki sifat yaitu berkadar pati tinggi, memiliki potensi hasil yang tinggi, fleksibel dalam usaha tani dan umur panennya (Prihandana, 2007).


4. Potensi Limbah Pisang
Menurut Kaleka (2013) batang pisang merupakan batang semu. Batang yang sesungguhnya atau batang sejati berada pada bagian dalam berbentuk bulat (teres). Batang pisang sebenarnya terletak di dalam tanah, yakni berupa umbi batang. Batang semu ini terbentuk dari pelepah daun panjang yang saling menutupi dengan kuat dan kompak sehingga bisa berdiri tegak layaknya batang tanaman, tinggi batang semu ini berkisar 3,5 – 7,5 m tergantung jenisnya.

Parakkasi (2006) menjelaskan potensi limbah pisang yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan di Indonesia adalah batang semu, daun pisang, kulit pisang. Kendala yang dihadapi yaitu kandungan protein rendah dengan kadar air cukup tinggi sebesar 86% sehingga penggunaannya tidak dapat digunakan sebagai bahan tunggal tapi perlu adanya penambahan bahan pakan sumber protein tinggi misalnya konsentrat atau bungkil biji-bijian tanaman kacang, sedangkan kadar protein kasar untuk bahan supplemen yang baik sebesar 30%.

Kandungan gizi batang pisang berdasarkan analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan (2014) adalah bahan kering (BK) 8,00%, abu 19,50%, protein kasar (PK) 1,01%, serat kasar (SK) 19,50%, lemak kasar (LK) 0,75%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 59,24%, dan kandungan gizi bonggol pisang adalah bahan kering (BK) 17,46%, abu 16,00%, protein kasar (PK) 0,96%, serat kasar (SK) 14,50%, lemak kasar (LK) 0,75%, bahan ektrak tanpa nitrogen (BETN) 67,79%.


5. Batang Pisang
A. Definisi Batang Pisang
Batang pisang merupakan bagian dari tanaman pisang yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, batang pisang juga dapat digunakan sebagai bahan obat. Batang pisang juga merupakan salah satu hasil ikutan pertanian/perkebunan yang dihasilkan dari tanaman pisang yang telah dipanen yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternative. Batang pisang yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah batang pisang bagian bawah (bongol), tengah dan bagian atas termasuk daunnya, batang pisang mengandung senyawa sekunder dan mineral makro dan mikro yang cukup penting bagi ternak yang bersangkutan, senyawa sekunder seperti tannin pada umunya dalam jumlah yang tidak berlebihan diperlukan sebagai bahan protektor protein kasar mudah larut yang terkandung pada bahan pakan lainya (Meilisa, 2010).

Chuzaimi (1987) menyatakan bahwa Tanaman pisang merupakan tanaman yang tahan pada musim panas karena batang pisangnya memiliki kandungan air yakni antara 80-90%, dengan kadar air yang tinggi menyebabkan batang pisang cepat membusuk apabila tidak segera diproses.

B. Kandungan Zat Makanan
Kandungan Zat Makanan yang terdapat pada batang pisang yaitu kandungan nutrisi mengandung serat kasar cukup tinggi, lignin yang tinggi dan mengandung kadar air yang tinggi tidak mungkin batang pisang tersebut langsung diberikan pada ternak kambing, butuh diadakan pengolahan bahan pakan ternak berupa batang pisang tersebut agar nutrisinya bagus dan awet, solusinya yaitu menggunakan teknologi silase batang pisang, penambahan molasses 10%.
Kementerian Pertanian (2012) menyatakan bahwa silase adalah pakan ternak yang masih memiliki kadar air tinggi sebagai hasil pengawetan hijauan makanan ternak atau bahan-bahan lain melalui proses fermentasi yang dibantu oleh jasad renik C. Kelemahan dan Keunggulan
Kelemahan yang dimiliki oleh batang pisang adalah menurut Chuzaimi (1987) tanaman pisang merupakan tanaman yang tahan pada musim panas karena batang pisangnya memiliki kandungan air yakni antara 80-90%, dengan kadar air yang tinggi menyebabkan batang pisang cepat membusuk apabila tidak segera diproses.
Keunggulan yang dimiliki oleh batang pisang adalah mudah didapatkan di daerah pedesaan, karena memiliki kebun tanaman pisang sendiri.


6. Metode Pelaksanaan PKM 
Sasaran penyuluhan dan pemberian pelatihan keterampilan ini adalah para warga masyarakat di desa Margodadi, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro. Hal ini dikarenakan hampir sebagian penduduk di desa Margodadi memiliki lahan pekarangan rumah yang cukup luas untuk dimanfaatkan, selain matapencaharian mereka yang utama sebagai petani. Pemilihan sasaran kegiatan ini diambil dengan pertimbangan mereka dapat memperoleh informasi tentang penerapan teknologi pertaian organik dengan memanfaatkan pekarangan rumah yang mereka miliki kepada keluarga, tetangga maupun warga masyarakat lain di sekitar desa Margodadi. Kegiatan penerapan IPTEK ini akan bekerja sama dengan masyarakat desa Margodadi, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro sehingga mereka dapat menentukan waktu yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan ini.


7. Metode Kegiatan PKM
Metode kegiatan ini meliputi ceramah, diskusi-informasi, workshop dan diseminasi terbatas. Secara lebih rinci metode yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Menjelaskan kepada peserta pelatihan mengenai pemanfaatan lahan pekarangan rumah.
2. Diskusi-informasi membahas cara mengatasi kesulitan dalam memulai pemanfaatan lahan pekarangan serta menjelaskan teknologi yang tepat dilakukan.
3. Para peserta diberi kesempatan untuk mencoba merancang dan membuat alat yang digunakan dalam pelaksanaan teknologi pertanian organik..
4. Hasil uji coba selanjutnya dipresentasikan untuk bahan diskusi dan selanjutnya siap di diseminasikan di lingkungan rumah tangga lainnya. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini diharapkan para warga masyarakat di desa Margodadi, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro dapat membentuk kelompok usaha pertanian organik. Hal ini dimaksudkan untuk perintisan dalam membuka peluang warga masyarakat berwirausaha.


8. Langkah-langkah Kegiatan PKM
Seperti telah diuraikan pada bagian pendahuluan bahwa masih banyaknya lahan pekarangan rumah yang cukup potensial di desa Margodadi, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro. Saat ini, lahan pekarangan tersebut hanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan tanaman dalam pot saja.
Adapun secara sistematis kerangka pemecahan masalah yang akan dilakukan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:



9. Hasil Pelaksanaan Kegiatan PKM dan Pembahasan
Sesuai dengan jadwal, metode dan rencana pelaksanaan program yang sudah ditentukan maka urutan kegiatan dan hasil yang diperoleh dalam kegiatan ini adalah:

a. Penyampaian materi mengenai pemanfaatan lahan pekarangan rumah ditinjau dari teknologi dan sosial ekonomi.
Beberapa pengetahuan yang disampaikan adalah:
 Potensi limbah tanaman pisang disekitar lingkungan masyarakat Desa Marodadi Kecamatan Metro Selatan Kota Metro.
 Pengetahuan mengenai penerapan teknologi pembuatan pakan ternak silase dengan memanfaatkan molase.
 Teknologi pembuatan pakan alternatif dengan batang pisang
 Jenis-jenis bahan dan komposisi campiran sebagai tambahan untuk pakan ternak
 Nilai ekonomi dari produk yang dihasilkan.

b. Pengamatan di lapangan oleh peserta
Para peserta yang telah mendapatkan materi pengetahuan pembuatan pakan alternatif dan teknologinya, selanjutnya mencoba melihat bagaimana mekanisme pembuatan berbagai macam bahan dan alat yang dibutuhka untuk pembuatan pakan alternatif. Kegiatan ini bertujuan untuk menjelaskan kepada peserta tentang materi yang sudah diterima dan membandingkannya dengan kondisi sesungguhnya. Kegiatan ini dilanjutkan dengan pengamatan, pengidentifikasian dan penyusunan data-data pendukung yang diperlukan peserta. Data-data ini yang akan dijadikan bahan peserta dalam kegiatan diskusi dengan Tim pengabdi guna memantapkan penguasaan materi yang telah diberikan.kondisi lapangan.

c. Presentasi dan diskusi antar peserta mengenai pemanfaatan lahan pekarangan rumah untuk pertanian organik. Adapun sebagai akhir dari kegiatan yang dilakukan oleh peserta adalah presentasi dan diskusi mengenai materi pemanfaatan limbah batang pisang untuk pakan alternatif ternak. Setiap komponen materi yang telah diberikan didiskusikan dan dipresentasikan di depan Tim. Pada saat wakil kelompok menyampaikan hasil pengamatannya maka peserta lain diberikan kesempatan untuk menanggapi hasil pengamatan yang telah dilakukan.

Pengabdian masyarakat mengenai pemanfaatan batang pisang untuk pakan ternak alternatif dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2016. Banyaknya peserta yang mengikuti kegiatan berjumlah 22 orang dari 35 orang yang diundang oleh tim pengabdi. Pada waktu diskusi berlangsung terlihat bahwa penguasaan peserta mengenai pakan alternatif ternak untuk pakan ternak. Melalui diskusi ini, tim pengabdi menyisipkan materi-materi yang harus dikuasai peserta sebagai bekal dalam mempersiapkan pembuatan teknologi pakan ternak alternatif. Tim pengabdi selain memberikan materi tentang bagaimana cara memanfaatkan limbah pertanian, Tim juga menjelaskan kernungkinan-kemungkinan lain yang bisa dikembangkan melalui pemanfaatan limbah batang pisang tersebut serta bagaimana cara mengelolanya sehingga meningkatkan pendapatan rumah tangga. Para peserta semakin menyadari bahwa pemanfaatan limbah batang pisang sebagai pakan ternak alternatif merupakan alternatif yang dapat dilakukan jika terdapat kesulitan penyediaan bahan pangan. Adapun hasil pelaksanaan proses produksi pembuatan silase batang pisang menurut Santi (2012) yaitu penelitian ini menggunakan batang pisang kepok yang berasal dari Cepego,Boyolali. Batang pisang yang digunakan adalah batang yang telah berbuah kemudian dipotong-potong menjadi 5cm dan dilayukan selama 1-2 hari sampai kadar air 60-70%, silo dan batang pisang yang telah dilayukan ditimbang sebanyak 1000 gram, kemudian ditambahkan akselerator molasses 10% sampai homogen kemudian dimasukkan kedalam silo, dipadatkan dan ditutup dengan rapat menjaga keadaan anaerob didalam silo dan disimpan dalam waktu 21 hari.


10. Kesimpulan 
Berdasarkan pengamatan terhadap; proses kegiatan pengabdian masyarakat berupa pemanfaatan lahan pekarangan rumah untuk pertanian organik sebagai sumber bahan bahan pangan yang sehat di lapangan diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Masyarakat petani dan warga masyarakat di desa Margodadi menjadi paham dan mengetahui pemanfaatan limbah batang pisang untuk pakan ternak alternatif.
2. Aspek sosio-kultural penerapan teknologi pemanfaatan pakan ternak alternatif dalam rangka perintisan wirausaha yang telah dipahami masyarakat petani dan warga di desa Margodadi.
3. Masyarakat mengetahui prospek apa saja yang dapat dikembangkan berkaitan dengan penerapan teknologi pemanfaatan limbah batang pisang untuk pakan ternak alternatif di desa Margodadi dalam rangka community development untuk jangka yang lebih panjang.


11. Saran
Untuk tindak lanjut dari kegiatan ini hendaknya dikembangkan lagi mengenai model teknologi pemanfaatan limbah batang pisang untuk pakan ternak alternatif dalam lingkup yang lebih luas. Hal ini dimaksudkan agar para petani dan atau warga masyarakat di sekitar desa Margodadi menjadi terinspirasi untuk mengembangkan pemanfaatan limbah pertanian di lingkungan mereka.


Link Handout: Materi PKM


Daftar Pustaka
Departemen Pertanian. 2002. Sertifikat Bertahap Menuju Pertanian Organik. Info Mutu. Buletin Standardisasi dan Akreditasi Departemen Pertanian. Edisi September 2002.
Direktorat Jendral Pengolahan. 2012. Pedoman Teknis Pembinaan Sertifikasi Pangan Organik. Kementrian Pertanian. Jakarta.
Eliyas. S, 2008. Pertanian Organik Solusi Hidup Harmoni dan Berkelanjutan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hong, C. W., 1994. Organic Farming and The Sustainability of Agriculture in Korea. Papers Delivered at 12th Meeting of The Technical Advisory Committee of The Food and Fertilizer Technology Center for The Asian and Pacific Region, Taiwan.
IFOAM. 2008. The World of Organic Agriculture - Statistics & Emerging Trends. http://www.soel.de/fachtheraaii downloads/s_74_l O.pdf.











Nutrisi Tanaman

Materi Kuliah Nutrisi Tanaman Kuliah 1